Rabu, 16 November 2016

cerpen kehilangan



Darah Surga


Senyuman kecil bagaikan rembulan yang tengah bahagia. Rambut yang terurai ikut melambai lambai. Teriakan kecil yang tak asing di telinga. Sosok gadis cantik tinggi putih penuh kebahagiaan itu mengagetkanku “hai ndut. Hahahahaha” sambil tertawa puas. “apaan sih ngelucu deh. Sono sono gak usah ganggu!” ucapku dengan rasa jengkel. Kemudin ia langkahkan kakinya untuk berbalik arah dan menuju kursi di bawah pohon besar dan menghampiri teman – teman yang lain disana. 

Tingkah konyol dan nggak punya rasa malu adalah ciri khasnya. Ia memulai aksi konyolnya seperti ngupil, kentut di hadapan orang, joget – joget sendiri padahal gak ada musik apapun disitu, terkadang dia juga suka ngelawak niruin gaya pelawak – pelawak yang entah akupun tak mengenalnya. “ati – ati awas ntar ketularan virusnya Dina. Hahahahahhahaha” ejekku. “what ever beibs. Hahahahahaha. Mau beibs gue kentutin haha”. Dia mulai ngelucu “enak aja loe kentutin, upil loe aja sono loe urusin, udah gedhe – gedhe tuh!hahaha”. Semua yang dia lakukan membuat suasana latihan menjadi seru. Disamping canda tawanya yang menggelitik, tempat latihan yang beralaskan rumput rumput yang berwarna hijau dan beberapa bunga yang mekar di malam hari. Melihat betapa indahnya bunga bunga itu membuka kelopaknya secara perlahan dan memamerkan keindahan putik dan benang sari yang mereka miliki. 

Latihan drama kita kali ini untuk menyambut acara hari kemerdekaan Indonesia yang ke 71. Latihan kali ini membutuhkan waktu berbulan bulan. Setiap malam harus rela bergadang agar benar benar dapat menguasai peran. Bukkan seperti lagunya bang Roma “begadang jangan begadang.... kalau tiada artinya,....  hahahaha”. Setelah melaksanakan ibadah sholat isya sampai larut terkadang jam 12 malam pun baru usai. Setelah latihan cukup lama muncul kritik dari sebagian pemuda, itupun membuat panas di telinga. “ih apa sih mau dia? Kenapa ga dari awal aja ngritiknya! Capek tau gak latihan tiap malem ujung ujungnya cuma sia sia” omelku. “iya sih, atau kita ganti cerita aja tapi jangan sampai mereka tahu. Biar mereka kaget besok” ujar dina. Tanpa pikir panjang semua pemain pun setuju dan mulai berunding membuat naskah sendiri.

“mending temanya penjajahan aja!” usulan Dina. Mbak Lina tidak setuju dengan pendapat dina “yakalik penjajahan terus kita jadi apaan? R.A Kartini? Cut Nyak Dien?”. Mbak Lina adalah pemain drama cewek yang paling tua diantara aku dan Dina. “apa ????... kamu panggil aku????” dina bercanda. “dasar keCut Nyak Dien” ejek mbak Lina. “sudah... sudah.... jangan debat, bisa juga loh temanhya penjajahan! Kan ini buat pentas 17an. Sebelum merdeka kita kan juga di jajah. Lagi pula kita itu pemuda adalah tulang punggung negara”. Usulan itupun akhirnya dipakai . Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf tertulis diatas secarik kertas putih, naskah drama mulai tersusun. Pen tas seni akan di laksanakan pada tanggal 20 Agustus jadi masih punya kesempatan 2 minggu untuk latihan. 

Jam berganti jam menit berganti menit detik berganti detik , waktu yang kita punya semakin berkurang. Karna lelah memikirkan naskah ketua pemuda akhirnya meminta pemain untuk menghias lapangan. Kuambil ponselku dan mengirim pesan kepada adekku yang masih belajar dengan temannya dirumah “dek sini! Ajak lisa sekalian. Bantuin hias lapangan.” “ok” jawabnya. Selang beberapa menit mereka tiba di lapangan. Tali putih mulai di bentangkan dan satu persatu bendera merah putih di susun di benang itu.

 Malam itu penuh dengan canda tawa dari sekelompok pemain dan juga pemuda yang tidak ikut drama termasuk adekku dan temannya. Semakin larut semakin habis bahan yang dibicarakan, semakin membuat ngantuk juga. Saat mulai sepi Dina mengeluarkan ponsel genggamnya dari sakunya dan memutar lagu sampai jumpa endang soekamti.  Raut wajahnya seketika berubah menjadi asam, wajah asam bagaikan bulu ketiak yang lama tak kena air. Entah mungkin karena setelah membaca pesan dari temannya. Ku foto wajah lucu itu, dan ku lihatkan ke teman teman yng lain. Akhirnya dia ngambek dan pulang.

Hari berganti latihan kali ini pindah di halaman rumahku. Aku berperan sebagai simbok dan Dina pun sebagai gadis jepang. Baju merah marun dengan celana biru dongker yang di pakainya di tambah dengan rambut panjang yang diikat membuatnya kehilahatan makin berseri. tetapi kelakuannya seperti anak kecil, manja. Malam itu aku sedang datang bulan, semuanya hanya membuat emosiku memuncak. Tanpa sengaja ku marahin dina karena ga serius latihan “Din dewasa dikit!! tinggal sebentar lagi pensi. Kamu bisa mikir ga sih, seriuslah latihannya” ujarku. Mata dina berkaca – kaca mendengarkan kata kataku. “aku kan udah bilang aku ga bisa ikut drama ndut. Maaf kalau selama ini aku banyak salah” .

Latihan hari ini sangat kacau, beberapa orang ikut kecewa karena selain aku cekcok sama dina ada pemuda yang bikin rusuh latihan.  Bulan yang awalnya naik ke atas kemudian turun ke bawah lagi. Hari semakin larut, burung hantu mulai bernyanyi, tikus tikus bercicit bersama kawan kawannya. Semua pemain drama menuju rumah masing masing.

Malam berikutnya masih  juga latihan,tapi karna lagi capek aku terpaksa ga berangkat. Kuputuskan menghabiskan malamku dengan menonton film dirumah bersama adek dan temennya. Sebuah laptop sudah siap diatas meja belajar. Kubuka dan ku cari file film dalam laptopku kupilih “Mirror of the witch. Setelah lama asik menonton film ponsel yang ada di samping laptop berbunyi, menandakan ada pesan di BBM. Ku ambil dan kubaca pesan itu “latihan!!!!! Udah di tunggu teman – teman” rupanya pesan dari dina. Segera mungkin untuk ku balas “ sorry baru capek banyak tugas, aku ngantuk”. Mungkin Dina dan teman temanku disana agak jengkel dan membalas pesanku “semua juga capek semua banyak tugas semua juga ngantuk! Akupun pengen tidur lama!”. Karna aku juga lagi emosi cuma ku baca saja pesan dari Dina.

 Keesokan harinya, tanggal 10 Agustus 2016 suasana hati suasana disekolah terasa berbeda. Rasa pengen cepet pulang, lesu, malas buat sekolah. Pohon pohon depan kelas tak bergerak, padahal angin berhembus kencang. Mentari bersinar terang tapi tak panas sama sekali. Gelisah entah apa yang membuat hatiku sangat gelisah.
  
Saat bel pulang kuambil kunci motorku dan bergegas pulang bersama adekku. Tiba di pertigaan aku merasakan sesuatu yang ganjil, kuraba saku baju dan rokku. Kosong. Tak ada apapun. Ku berhenti di pinggir jalan dan bertanya kepada adekku. “dek Hpku tadi udah tak masukin tas belum?” . adekku bingung “hla gatau mbak, cek aja di tas”. Ku cek kedalam tas.  Tak kutemukan apapun didalamnya. Aku bingung dan memutuskan untuk balik ke sekolah dan ku cek di laci, ternyata ada di dalamnya.

Ku lanjutkan perjalanku untuk pulang. Sesampainya di depan bank BRI Bajang, ku melihat banyak orang berkerumun disitu. Adekku teriak teriak “mbak....mbak liat itu kok kayak mbak siti ya?”. “masa sih? Mana?” . “ itu dia nangis di kawal polisi” ujar adekku sambil meyakinkan aku. “ mungkin dia kecelakan. Nabrak anak smea sepulang dari pasar” tebakku. “mungkiin mbak, orang rumah juga gak ada, mending kita pulang ngabarin orang rumah” adekku mengajakku pulang, ku lihat darah melimpah di jalan.

Sesampainya di rumah, aku heboh bercerita. Tetapi ternyata aku salah, yang kecelakaan adalah Dina. Ku buka ponselku untuk mencari tau kronologi kecelakaannya di Grup Info Cegatan Jogja di Facebook, belum sempat aku buka facebook ada chat BBM dari adek kelas di sekolahan yang kebetulan sudah bertahun tahun kenal di club bola volly. “mbk tadi kok aku kayak liat orang tabrakan dalam bayanganku, ada mobil dan pohon padi. Wajahnya itu mirip kamu tapi juga mirip mbk Dina. Kamu ga knpa2 kan mbak?” aku kaget dan ku bales “aku gapapa dek Dina yang kecelakaan. Dia kaget dan hanya membalas dengan emoticon nangis.

Tiba – tiba dari arah timur bulikku menghampiriku dan  memintaku untuk mengirim pesan ke anaknya suruh pulang, karna bingung dengan kata – kata yang akan ku kirimkan akhirnya aku telpon. Sempat berdebat karena tidak kukabari yang sebenarnya, karna aku takut dia cemas dengan keadaan Dina.
  
Setelah selesai memberi kabar, ku dengar suara banyak orang di belakang rumahku dan bunyi seng yang sedang di pasang. Kulempar ponselku ke kasur dan bergegas lari. Kulihat budheku, ibuku juga orang orang disana menetesan air mata. Ku tanyai satu persatu orang yang ada disana. Tak satupun menjawab. Ku ambil ponsel keponakanku septi, kurebut dan kubuka ponselnya. Foto dina berlumur darah, mataku mulai membening sebening kaca dan airmataku mulai mengalir deras.

Hatiku hancur berkeping keping bagaikan kaca yang pecah dan tak mungkin bisa utuh lagi. Tak sanggup untuk tertawa lagi, bukan hanya tertawa tersenyumpun aku tak bisa. Aku tak mengharapkan mentari bersinar terang. Malah sebaliknya, aku berharap hujan kan turun membasahi bumi. Biarkanlah awan hitam menang di atas awan putih. Biarkanlah petir berseteru di langit yang hitam. Karna menangis di saat langit biru nan cerah adalah hal konyol. Karena malu bersedih di saat mentari menyapa riang. Aku hanya ingin bertemu hujan. Ingin kusampaikan kepiluanku, penyesalanku kepada hujan. Biarlah airmata mengalir bersamaan dengan air hujan. Tapi tuhan berkata lain, langit cerah burung burung bernyayi menyambut kepulanganmu Din.
Kurasa baru sehari kita ga ketemu, setega inikah kamu tinggalkan aku? Belum sempat ku meminta maaf padamu. Din...... maafkan aku” airmataku terus mengalir. “apakah kemaren kata pamitmu? Kau beri isyarat kepadaku? Tapi, aku bahkan tak sadar akan hal itu. Status facebook, caption instagram, status bbm apakah semua itu juga isyarat darimu Din??????
  
Mobil ambulan berhenti tepat dihadapanku, beberapa mobil dari pihak sekolah juga mengiringinya. Dikeluarkannya raga yang indah tak bernyawa itu dari mobil bersirine. Hari cerah berganti gelap, satu persatu orang kembali kerumah dan bersiap siap untuk membacakan ayat Al Quran setelah itu. Malam yang semakin sepi ku tak sanggup berada di sampingnya dalam keadaanmu seperti ini. Hanya ibuku yang juga merupakan simbah dari Dina yang menemani tidurnya hingga azdan subuh berkumandang

Disaat hari pemakamanmu, ribuan orang berkumpul, ribuan mata menangis sendu, ribuan tetes air mata berjatuhan. Apa lagi saat kata pamitnya dan ketika namanya di sebut, membuat hatiku semakin bercampur aduk. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku tak tahu hidupku nantinya seperti apa tanpa tawanya lagi. Aku masih tak percaya dia telah tiada.Tapi aku sadar dia tak mungkin kembali lagi. Allah lebih sayang dia dari pada rasa sayang kami ke dia. Dalam khayalanku aku bertanya “ Ya Allah,,, apakah ini yang dinamakan Kau rindu akan darah surga???”

Senin, 06 Juni 2016

kisahku: khayalan cintainfinityhilang semua rasa cinta k...

kisahku: khayalan cintainfinity


hilang semua rasa cinta k...
: khayalan cinta infinity hilang semua rasa cinta ku ini cinta yang dulu indah kini telah musnah segala harapanku terpendam o...

KASIH


cinta cinta engkau yang kucinta
sayang sayang engkau yang ku sayang
walaupun kau jauh kutetap menanti
kau yang ku cinta engkaulah yang ku sayang
hanya dirimu yang selalu ada dalam hatiku ini

cintailah aku sayngi diriku
seperti diriku menyayangimu

cinta yang hadir dalam sebuah senyuman 
dan tumbuh bersama dengan perhatian
dan bayangmu yang selalu temani langkahku 
juga senyummu yang selalu hangatkan malam malamku

dirimu yang selalu hadir dalam mimpiku
terukir jelas wajahmu di hatiku
cinta kasih tulus ini hanya untukmu
kuharap kau kan jadi teman hatiku

kau yang ku cinta 
engkaulah yang ku sayang 
hanya dirimu yang selalu ada dalam hatiku
cintailah aku,,, 
sayangi diriku
seperti diriku menyayangimu

dirimu yang selalu hadir dalam mimpiku
terukir jelas wajahmu di hatiku
cinta kasih tulus ini hanya untukmu
kuharap kau kan jadi teman hatiku

kau yang ku cinta 
engkaulah yang ku sayang 
hanya dirimu yang selalu ada dalam hatiku
cintailah aku, sayangi diriku
seperti diriku menyayangimu
kisah









Minggu, 05 Juni 2016

Rasa ini untukmu


tentang rasa yang tersimpan
C
ini cinta yang terpendam
yang tak mampu untuk ku ungkapkan
Am                                Em
cobalah engkau mengerti 
C
dan cobalah engkau pahami
G
tentang rasa yang tersimpan di hati ini
Am                         Em
chorus
kau yang beriku arti ini
F           C              G
dan bayanganmu yang temani langkah
 F         C          Em G
reff
setiap bintang di langit hias malamku
C                 G
seperti bulan yang selalu terangi mimpiku
Am             E
dengarlah lagu yang tercipta hanya untukmu
C                      G
dari rasa yang tersimpan di hati ini
Am         Em
chorus 
aku harap kau akan mengerti
F      C                 G
arti hidupku ini
F       C     Em  G
back to intro
dirimu yang selalu ada dalam fikiranku
F        C                  G
sayang
F        C      Em     G     

khayalan cinta

infinity



hilang semua rasa cinta ku ini
cinta yang dulu indah kini telah musnah

segala harapanku terpendam oolehmu
dan terpuruk dalam lubuk penatku

reff
rasa sakit yang kurasakan
di dalam hatiku
menutupi semua cintaku
dalam sosok gelap jiwaku

kau hanyalah khayalan cinta untukku
yang selalu hadir di dalam mimpiku

ku s'lalu berharap kau akan menjadi 
kenyataan dalam hidupku

tapi itu semua semu dalam hidupku
hilangkan semua rasa rindu di hati

untuk dapatkan cinta yang tulus darimu
dan terpenat dalam kepalsuanmu


back to reff